Minggu, 12 Maret 2017

Puncak Babadan

10 Maret 2017...

      Untuk kisah ini jangan sampai terluput dari kami akan kenangannya, oleh karena itu Sahabat goeser jangan bosan-bosan ya mendengarkan cerita kami.
Ada cerita baru lagi nih pokoknya gak kalah seru deh sama cerita sebelumnya. sudah tau kan cerita tentang perjalanan kami ketika goes ke WISATA ALAM PUNTHUK SETUMBU ?.


      Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, rute tersebut sangat cocok untuk pemula...eett, tapi lain halnya dengan cerita kami pada kali ini (BABADAN). Sungguh segala perasaan tertuang pada lembar cerita ini, ada suka, duka, resah, gelisah, mungkin bisa pula dikatakan lemah lidah ini pun hampir saja berucap kata menyerah dan putus asa, intinya sangat bertolak belakang dengan rute seblumnya.

Ketinggian 1279 mdpl

      Sebelum memulai kisah ini, berikut kami sebutkan para goeser yang bisa hadir :

Seperti biasa ada...

• Mas Agus
• Mas Zaid
• Ibnu Umar
• Abdul Aziz
(Goeser jadid) dan
• Ihdal


    Titik kumpul kali ini sedikit berbeda pada sebelumnya, yaitu kami berkumpul di HS PONALAN (arah menuju terminal Muntilan).
Satu persatu dari kami pun datang silih berganti dan setelah semua telah komplit, tidak tunggu lama kami pun langsung berangkat.

Ayo ayo ! ( suara hati dengan semangatnya ).

      Pada saat berjalan, ban dari sepeda milikku dan milik Abdul Aziz mulai kempes, karena untuk mempersingkat waktu maka kami mencari bengkel sambil melanjutkan perjalanan.

     Berhenti sejenak, bersalam dan menengok pada pemilik rumah dimana persangkaan kawan kami (Abdul Aziz) itu adalah sebuah bengkel ternyata rumah itu adalah rumah jahit sepatu, yang jelas bukan bengkel, memang sih sekilas mirip bengkel, tapi gak apa insyaAlloh nanti juga dapat bengkelnya.

     Berjalan sedikit nah kan ini dia bengkelnya ! Alhamdulillah ketemu juga bengkelnya...ayo lanjut !
(Semangat kami)

      Ketika ban sepeda sudah optimal lanjut goes goes goes...
Pada awal perjalanan kami memulai dengan melewati pedesaan-pedesan tak luput tentunya  dari pemandangan yang indah ini, panorama gn.Merapi dan Merbabu begitu eloknya itulah yang biasa kami rasakan di pagi hari yang cerah.

      Tapi sayang kami harus memasuki wilayah yang banyak anjingnya semua mengonggong dengan kerasnya ada juga yang hampir mengejar tapi berkat pertolongan Alloh ta'ala tidak terjadi apa-apa pada diri kami, mungkin karena di kampung ini banyak yang menganut ajaran Nashrani jadi banyak yang memelihara anjing.

Suara Anjing mengonggong


      Perjalanan pun diteruskan dan
alhamdulillah tak sengaja kami bertemu sahabat sehat kami (tomat dan petaninya), bergegas mengocek kantong untuk membeli tomat tersebut Rp. 1000 insyaAlloh cukup.
Memang rizqi gak kemana, Pak Petani itu malah menggratisi kami dengan ucapan santunnya "diambil saja gak perlu bayar" ketika kami bertanya kepada Pak Tani tersebut "Kalau 1 kg tomat sekarang berapa ya Pak ?" Beliau menjawab "Rp. 2000 Mas" Subhanalloh begitu murahnya.

Dapat penghargaan dari Pak Tani

       Setelah selesai dari makan tomat akhirnya kembali kami melanjutkan perjalanan ini, aku mengira perjalanan ini akan berjumpa dengan jalan raya, tapi itu anggapan yang salah justru kami semakin jauh dari jalan poros tersebut tapi yang jelas kami suka karena ada suasana baru yang dirasa.


      Waktu demi waktu berlalu, seruan perut kami selalu menggrutu tak mungkin lagi dapat didustakan.
Tanpa ada kata nanti mata ini mulai wara wiri menengok sana sini sekiranya ada warung yang bisa menambah stamina.

     Lelah dan letih itulah yang sedang menghampiri, hampir-hampir di sepanjang jalan kami tidak menemukan warung untuk sarapan dan minum teh hangat.
Tak terduga sebelumnya, rute ini sangat menguras tenaga dan telah menempuh waktu yang cukup lama, puncak "BABADAN" pun tak kunjung terlihat oleh kasat mata.

Tanjakan


      Hembusan nafas seolah tak bergeming karena lelahnya, jauhnya perjalanan dengan tanjakan yang tak henti-hentinya ditambah perbekalan air minum pun hampir habis
Sungguh sungguh dan sungguh.

Bekal hemat

      Ibnu Umar terdepan pada saat itu kemudian disusul oleh Mas Zaid, mereka berdua itulah yang menemukan warung berjalan (eyek) , apa mau dikata rasa lapar yang tak bersahabat kami pun hanya bisa mengisi perut di warung ini. Alhamdulillah....

      Perjalanan telah kami lalui kurang lebih 2-½ jam lamanya, karena rasa penasaran yang membayang-bayangi tak malu kami bertanya kepada salah seorang kampung tersebut, beberapa mereka mengatakan 3 km lagi Mas dan jalannya masih nanjak terus tapi ada jalanan datarnya juga (dengan bahasa jawa kromonya).

      Melihat sosok Mas Zaid Mas Agus dan Ibnu Umar membuat kami tak mudah pantang mundur karena semangat mereka bertiga itulah sebab terciptanya semangat kita (bujang) kembali.


      Satu kata untuk rute ini
"KAPAN AKU SAMPAI ?"

      Bukan main, benar-benar menguras tenaga, kami semua bagai anak yang tak tau arah pulang.
 Tenaga begitu terporsirnya tatkala mulai tidak mampu goes, pemandangan "tuntun"lah yang bisa disuguhkan.

Merapi Mountain

      Kami pun hanya bisa melanjutkan perjalanan dengan cara "naik goes turun tuntun" "turun tuntun goes naik"
Begitu seterusnya.
Dirasa sudah begitu beratnya kami berinesiatif untuk numpang saja ke mobil yang lewat.


      Karena masih malu-malu untuk bilang "ikut" akhirnya mobil-mobil lewat begitu saja disamping kami, ketika sudah bisa memberanikan diri eh,, malah supirnya yang gak mau.
(ada perasaan haru pada waktu itu).

      Istirahat dulu perjalanan masih jauh , melihat ke arah depan tanjakan seakan tak memberi peluang bagi kita untuk bersandiwara.
Jujur ini melelahkan tenaga dan pikiran, jelas saja ini adalah hari Jum'at dimana kalau telat nanti ketinggalan sholat haduh gawat pokoknya !.

      Sontak semangat itu terbangun lagi karena inigin mengejar waktu.
Melanjutkan kembali perjalanan dengan sisa-sisa tenaga yang ada menghibur diri dengan memotret pemandangan sekitar.



      Sepertinya mulai tampak tuh puncaknya semoga saja itu adalah puncak terakhir yang kita tuju soalnya beberapa kali sangkaan kami salah mengira puncak ternyata itu masih nanjak. (Huft..)

      Alhamdulillah ...Ya Alloh ...ternyata ini puncak betulan akhirnya kami sampai juga di puncak ini.
Rasa bahagia dan perasaan senang, lelah, tak menyangka serta alunan detak jantung mulai tenang bercampur didalam kisah ini.






Walhamdulillah...

Cerita singkat ini mengajarkanku betapa kesuksesan itu tidaklah didapat dengan perjalanan singkat apalagi mudah akan tetapi semua itu butuh adanya perjuangan serta pengorbanan.



Salam dari sahabat goesmu :
Irfan bugiezt ( ihdal )

Jumat, 10 Maret 2017

Punthuk setumbu

3 Maret 2017...

      Seperti biasa, ada perjalanan tentu ada kisah yang ingin kami ceritakan.
Sebelum bercerita tentang BABADAN, ada baiknya kita mendengarkan cerita tentang PUNTHUK SETUMBU terlebih dahulu.

      BaGOESe sempat vacum dari olahraga sepeda ini, hening dan sepi yang kami rasa pada grup tersebut, entah apa sebab dan musabbabnya yaah... Kita harus husnudzon tentunya karena mereka sudah pada berkeluarga pastilah memiliki hajatnya masing-masing.

Lagi sibuk

      Namun tiba-tiba gemuruh grup WA tersebut kembali kami dengar sorakannya, seingat saya pemuda 1 anak inilah yang membangkitkan semangat goes yang dulu sempat melemah yah,, benar sekali ! Abu Ali lah yang membakar semangat kami diatas saat itu.

Provokator

      Perundingan pun kami mulai.
Satu sama lainpun saling menguatkan pada chatingan tersebut, mengajak kembali para senior-senior untuk beraksi diatas peddal-peddalnya.

      Alhamdulillah rute pun dapat ditentukan yaitu PHUNTUK SETUMBU kali ini menjadi sasarannya.
Seperti biasa kami kumpul 05 : 30 WIB di depan gudang Al-MANNA siapa telat atau melebihi waktu yang telah ditentukan afwan nahnu awwalan.

»»Personil yang bisa ikut :

• Pak Surahman
• Abdul Kholiq
• Abu Ihsan/Umair
• Mas Agus
• Ibnu Umar
• Ihdal

Sepertinya ada yang kurang


      Perjalanan kali ini terbilang paling mudah dibanding rute-rute sebelumnya, hampir seluruh jalan yang kami lalui adalah aspal halus mulus gak perlu pakai jurus.

Jalanan mendukung

      Wah,,wah,, moment yang berkesaan saat ini adalah adanya kabut yang cukup tebal yang menyelimuti kami hampir-hampir seluruh jalan tertutup olehnya dingin dan syahdu.

Kabut pagi

      Diawal perjalanan kami berangkat ber 5 saja adapun Mas Abdul Kholiq menunggu di pertigaan Kujon, namun berhubung ada warung maka akhirnya kami singgah di warung yang dekat dengan lokasinya beliau, Mas Abdul Kholiq pun kami suruh untuk kesini saja.

Menunggu


      Ketika selesai dari sarapan gorengan, roti, teh dan pisang setidaknya sudah cukup untuk mlanjutkan perjalanan terlebih jalan yang kami tempuh begitu memanjakan.

      Aduh duh,,, ini ni resiko bagi bujang, harus menghadapi badai di tepi jalan,
Menerjang ombak pada pandangan
Menghantam rasa penasaran dan merasa hampa tanpa pasangan.
Ucapan "Sabarlah" yang cocok untuk itu.

      Sudah sudah kok malah curhat.
Pada rute ini alhamdulillah semua berjalan dengan baik tanpa perlu butuh waktu yang lama bertemulah dengan tanjakan, cukup berat sih tapi ini tanjakan terakhir yang dituju jujur ana kembali gagal pada tanjakan ini dorong lagi dorong lagi.

      Yap ! sampailah kami pada tempat tujuan "WISATA ALAM SUNRISE PUNTHUK SETUMBU"
Berikut view yang kami dapat disana :

View Sunrise

Indahkan Sunrisenya ?

Tapi sayang itu hanya gambar yang didapat oleh personil kami dari dinding dekat loket pambayaran masuk.
 Yang sabar ya mungkin pada kesempatan berikutnya kita bisa mengambil gambar aslinya.

Afwan ya untuk cerita BABADANNYA kami tunda dulu.

Sekian enggih...